Ini sebuah kisah lama yang pernah terjadi di kampus dan pernah ku tulis juga dalam beberapa oretan oretan, terkhusus objek dari tulisan ini adalah fakultasku.
Tulisan pertama ku di tahun 2013, jujur kuakui sangat terpengaruh pada karya Hatta di umur 17 tahunnya yang berjudul Hindanian.
SUTHAN NIKO
Niko, begitu orang memanggilku suthan
niko lebih lengkapnya. entah apa arti nama itu aku tak pernah bertanya tentang
itu ke kedua orang tua ku. Keluargaku termasuk keluarga termansyur di
wilayahku, yah silah kan saja tanya siapa yang tak kenal keluarga Muhammad
Soedirman ?, pasti mereka langsung mengarah kan dan menjawab dengan panjang
lebar tentang keluarga ku ini. Aku sepuluh bersaudara dan termasuk yang tertua
di keluarga ini
aku menikmati sekali menjadi anggota keluarga ini,
rumahku luas yah walaupun tak mewah
sekali tapi termasuk yang megah di
lingkunganku. Kamar beserta fasilitas yang memadai tersedia untukku buku serta
mainan ku tak ketinggalan. Sungguh benar benar mengasyikan hingga aku terbuai
dan terlelap oleh nya.
Suatu hari aku mendengar aku akan
mempunyai adik baru, anak yang mungkin telah lama di damba oleh keluargaku cukup antusias aku menyambutnya. Keluarga ku benar benar mempersiapakan
keperluan adikku dengan sungguh sungguh, segala keperluannya bahkan sudah siap
mulai dari pakaian, mainan bahkan sebuah ruang bermain untukknya.
Sikapku sebagai kakak tertua adalah
mendukung serta bersiap menyambut kelahiran adik baru ku ini yang kelak akan di
berinama avicenna, nama yang begitu bagus menurutku. selang berapa lama benar
benar lahirlah adiku ini, imut lucu dan penuh dengan suka cita kami
menyambutnya.
Adiku ini sangat di sayang oleh
keluargaku mungkin karena lebih progress dan menjanjikan di bandingkan kakak
tuanya ini. Hingga suatu ketika sikap keluarga ku sungguh membuat aku
tercengang, terkejut dan marah di buat nya. Di karenakan adik ku ini belum
punya kamar, kamarku di gunakan olehnya bukan hanya itu bahkan papan nama di
pintu kamarku di ganti bukan lagi namaku
yang terpajang melainkan nama adik kecilku ini.
Kamarku untuk sementara di pindah kan ke
kamar lainnya yang menurutku lebih “imut” dari kamar semulaku dan parahnya buku
buku serta mainan ku yang semuanya telah di pindahkan dari kamarku sekarang
entah dimana keberadaannya.Cukup lama aku marah protes atas kebijakan keluarga
ku ini. Menangis dan mengerek bak balita setiap aku menghadap keluargaku
Mungkin sebab itu lah aku di janjikan
kamar baru, berulang kali aku di tawari pilihan tempat untuk kamarku nantinya. Akhirnya akhir
memilih tempat untuk di bangun sebuah kamar untukku. Tempat yang dulunya penuh
dengan rumput ilalang dan tempatku bersantai dulu terpaksa aku pilih karena
letaknya yang berada tepat di depan kamar lama ku.
Kamarku saat ini tengah di bangun dan
rencananya memang lebih “keren” dari kamar lamaku. Dan untuk sementara aku satu
kamar dengan avicenna adik kecil ku itu di karenakan memang kamar sementara ku
memang benar- benar imut seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya.
Hubunganku dengan avicenna sebenarnya
baik baik saja, berapa kali aku menyapanya, namun mungkin karena masih balita,
hingga dia kurang begitu banyak bicara denganku. Yah, aku memaklumi untuk hal
itu.apa lagi memang letak ranjang kami yang mungkin bersebrangan walapun satu
kamar, dia di sisi utara sedangkan aku di sisi selatan. Tapi pada intinya hubungan kami baik baik saja.
Kamar baru ku sekarang dalam tahap
pembangunan.Hampir setiap hari aku memandangnya dari sudut jendela kamar lamaku. Memandangnya,
sungguh mebuatku senang dan berharap ini memang benar benar kamar baruku
seperti janji keluargaku padaku.
Namun dewasa ini, aku mendengar isu isu
yang sungguh buat hatiku gelisah dan takut. Isu itu menyebutkan bahwa kamar
yang sedang di bangun itu bukan lah untukku seperti janji keluarga ku. Sungguh
ketar ketir aku mendengarnya.belum ada kejelasan dan tanggapan dari keluargaku
menanggapi isu ini dan atau memang aku yang belum minta kejelasan tentang ini
kapada keluargaku. Entahlah......
“jangankan manusia, jangankan bangsa,
walau
cacing pun tentu akan bergerak
keluget-keluget
jika merasakan sakit !”
(Soekarno, Indonesia Menggugat)
Sekali lagi saya tidak memaksa anda untuk membaca dan mempercayai apalagi ini karya pertama dan jauh dari kesempurnaan editorial. terimakasih :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar