Kamis, 03 Desember 2015

karya pertama

Ini sebuah kisah lama yang pernah terjadi di kampus dan pernah ku tulis juga dalam beberapa oretan oretan, terkhusus objek dari tulisan ini adalah fakultasku. 

Tulisan pertama ku di tahun 2013, jujur kuakui sangat terpengaruh pada karya Hatta di umur 17 tahunnya yang berjudul Hindanian. 


SUTHAN NIKO

Niko, begitu orang memanggilku suthan niko lebih lengkapnya. entah apa arti nama itu aku tak pernah bertanya tentang itu ke kedua orang tua ku. Keluargaku termasuk keluarga termansyur di wilayahku, yah silah kan saja tanya siapa yang tak kenal keluarga Muhammad Soedirman ?, pasti mereka langsung mengarah kan dan menjawab dengan panjang lebar tentang keluarga ku ini. Aku sepuluh bersaudara dan termasuk yang tertua di keluarga ini
aku  menikmati sekali menjadi anggota keluarga ini, rumahku luas yah walaupun  tak mewah sekali tapi termasuk yang megah  di lingkunganku. Kamar beserta fasilitas yang memadai tersedia untukku buku serta mainan ku tak ketinggalan. Sungguh benar benar mengasyikan hingga aku terbuai dan terlelap oleh nya.
Suatu hari aku mendengar aku akan mempunyai adik baru, anak yang mungkin telah lama di damba oleh keluargaku cukup antusias aku menyambutnya. Keluarga ku benar benar mempersiapakan keperluan adikku dengan sungguh sungguh, segala keperluannya bahkan sudah siap mulai dari pakaian, mainan bahkan sebuah ruang bermain untukknya.
Sikapku sebagai kakak tertua adalah mendukung serta bersiap menyambut kelahiran adik baru ku ini yang kelak akan di berinama avicenna, nama yang begitu bagus menurutku. selang berapa lama benar benar lahirlah adiku ini, imut lucu dan penuh dengan suka cita kami menyambutnya.
Adiku ini sangat di sayang oleh keluargaku mungkin karena lebih progress dan menjanjikan di bandingkan kakak tuanya ini. Hingga suatu ketika sikap keluarga ku sungguh membuat aku tercengang, terkejut dan marah di buat nya. Di karenakan adik ku ini belum punya kamar, kamarku di gunakan olehnya bukan hanya itu bahkan papan nama di pintu kamarku di ganti bukan lagi namaku  yang terpajang melainkan nama adik kecilku ini.
Kamarku untuk sementara di pindah kan ke kamar lainnya yang menurutku lebih “imut” dari kamar semulaku dan parahnya buku buku serta mainan ku yang semuanya telah di pindahkan dari kamarku sekarang entah dimana keberadaannya.Cukup lama aku marah protes atas kebijakan keluarga ku ini. Menangis dan mengerek bak balita setiap aku menghadap keluargaku
Mungkin sebab itu lah aku di janjikan kamar baru, berulang kali aku di tawari pilihan tempat  untuk kamarku nantinya. Akhirnya akhir memilih tempat untuk di bangun sebuah kamar untukku. Tempat yang dulunya penuh dengan rumput ilalang dan tempatku bersantai dulu terpaksa aku pilih karena letaknya yang berada tepat di depan kamar lama ku.
Kamarku saat ini tengah di bangun dan rencananya memang lebih “keren” dari kamar lamaku. Dan untuk sementara aku satu kamar dengan avicenna adik kecil ku itu di karenakan memang kamar sementara ku memang benar- benar imut seperti yang telah aku jelaskan sebelumnya.
Hubunganku dengan avicenna sebenarnya baik baik saja, berapa kali aku menyapanya, namun mungkin karena masih balita, hingga dia kurang begitu banyak bicara denganku. Yah, aku memaklumi untuk hal itu.apa lagi memang letak ranjang kami yang mungkin bersebrangan walapun satu kamar, dia di sisi utara sedangkan aku di sisi selatan. Tapi  pada intinya hubungan kami baik baik saja.
Kamar baru ku sekarang dalam tahap pembangunan.Hampir setiap hari aku memandangnya dari  sudut jendela kamar lamaku. Memandangnya, sungguh mebuatku senang dan berharap ini memang benar benar kamar baruku seperti janji keluargaku padaku.
Namun dewasa ini, aku mendengar isu isu yang sungguh buat hatiku gelisah dan takut. Isu itu menyebutkan bahwa kamar yang sedang di bangun itu bukan lah untukku seperti janji keluarga ku. Sungguh ketar ketir aku mendengarnya.belum ada kejelasan dan tanggapan dari keluargaku menanggapi isu ini dan atau memang aku yang belum minta kejelasan tentang ini kapada keluargaku. Entahlah......

“jangankan manusia, jangankan bangsa,
 walau cacing pun tentu akan bergerak
 keluget-keluget jika merasakan sakit !”
(Soekarno, Indonesia Menggugat)


Sekali lagi saya tidak memaksa anda untuk membaca dan mempercayai apalagi ini karya pertama dan jauh dari kesempurnaan editorial. terimakasih :)

Tidak ada komentar: