Kamis, 03 Desember 2015

Diaspora Kader


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Diaspora Kader


            
Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepadake-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripadakeburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia " (QS Ali-Imran:104)

Awalnya, Organiasasi dengan nama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di berdiri sebagai bentuk gerakan yang mencoba mengembalikan gerakan mahasiswa ke area idealisme-nya yang pada saat itu mulai terkotak – kotak  pada politik praktis dan ritual adat yang tidak sesuai islam. Hal ini yang menyebabkan kegiatan yang di lakukan IMM pada awalnya adalah kegiatan keagamaan seperti pengajian minggu pagi dan tidak tergabung dalam partai politik manapun sebagai bentuk indepensinya[1]. Sampai saat ini secara administrasi hal itu tetap di pertahankan oleh IMM, hal ini dibuktikan dengan adanya jarak yang tetap terjaga walaupun terdapat partai yang identik dengan Muhammadiyah. Tentu ini selaras ideologi Muhammadiyah selaku ayah kandung IMM  yaitu lebih memilih perjuangan dakwah pembinaan masyarakat daripada melalui jalur politik praktis yang berorentasi pada politik kekuasaan. Dalam konteks gerakan sosial, Muhammadiyah memilih ideologi amal saleh, yang menempatkan islam bukan sekedar ajaran Normatif dan Teoritik. Sehingga ideologi dalam gerakan sosial keumatan dan kemasyarakat ialah Ideologi islam pembebasan[2].
Pengkaderan yang terjadi di dalam tubuh Muhammadiyah identik dengan lahirnya Kader Persyarikatan sebagai contoh seorang kader dari awal akan mengikuti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), lalu Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah (IMM) kemudian Pemuda Muhammadiyah (PM bagi Ikwan) Nasyiatul Aisyiyah (NA bagi Ukhti) dan di akhiri dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah[3]. Dalam perkembangannya, kader IMM yang merupakan putera Muhammadiyah juga selalu mengikuti trend tersebut apalagi dengan adanya Khittah Perjuangan Muhammadiyah yang mengandung garis strategi  perjuangan merupakan aspek atau unsur dari Ideologi Muhammadiyah. Ideologi Muhammadiyah yang tak lain adalah ideologi Islam Reformis - Modernis atau Ideologi yang Berkemajuan[4].
Muhammadiyah secara ideologis lebih memilih perjuangan dakwah non politik yang menekankan pada pembinaan masyarakat untuk terwujudnya masyarakat islam serta tidak pada perjuangan merebutkan kekuasaan sebagaimana partai politik dan bukan berarti Muhammadiyah berpaham Sekuler. Muhammadiyah memahami politik merupakan salah satu aspek muamalah duniawiyat yang harus di jiwai, di bingkai dan di arahkan oleh nilai ajaran Islam. Garis perjuangan dakwah non politik praktis tersebut secara konsisten di pegang oleh muhammadiyah sejak kelahirannya hingga di rumuskannya khittah palembang 1956, ponorogo 1969, ujung pandang 1971, surabaya 1978, dan denpasar 2002[5]. Mengutip tulisan A.H. Sani  “ Ikatan sebagai organisasi kader maka apapun yang di lakukan oleh ikatan adalah sesuai dengan Muhammadiyah”[6]. Mungkin saja hal ini yang menyebabkan kader IMM  merasa canggung untuk berdiaspora di luar Organisasi Persyarikatan.
IMM dengan tujuannya “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah”[7] harus mampu mengimplikasikannya kepada masyarakat luas sesuai yang terkandung dalam salah satu hadist shahih yang mengatakan bahwa sebaik baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi manusia lain[8]. Tentu akan sangat menarik bagi seorang kader yang berdiaspora di luar Persyarikatan Muhammadiyah, bagaimana menyeimbangkan antara Idealisme Muhammadiyah dengan godaan kekuasaan politik praktis yang begitu menggiurkan. Diaspora sendiri mengandung arti penyebaran atau meninggalkan tempat asal ke berbagai tempat lain[9].
Jadilah menteri, insinyur, dokter, mantri tapi kembalilah ke Muhammadiyah[10] begitu kata pendiri Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan yang secara eksplisit sudah mentakdir kan bahwa kader Muhammadiyah harus mampu berdiaspora di berbagai bidang agar menjadi seorang yang ahli di bidang itu, namun tetap kembali pada Muhammadiyah sebagai rumah tinggalnya. Menurut Abdul Halim Sani[11] bentuk diaspora terbagi menjadi dua, yaitu diaspora kedalam dan diaspora keluar.
Bentuk diaspora kedalam merupakan suatu kewajiban bagi Ikatan dan tidak dapat di tinggalkan karena Ikatan merupakan organisasi kader dan bertugas untuk menjadi penerus dan penyempurna Gerakan Muhammadiyah. Ikatan berperan sebagai penguatan jaringan dan memberikan dorongan serta teguran pada Muhammadiyah jika tidak menjalankan amanatnya secara konskuen serta memberikan kontribusi dalam berbagai displin ilmu dan pemberdayaan guna mempersiapkan masyarakat yang berilmu sebagai ciri dari khoirul umat (masyarakat utama). Ikatan harus mendistribusikan kader kader terbaiknya guna mewarnai tubuh Muhammadiyah dan memberikan pencerahan terhadap Muhammadiyah agar tetap pada ghirohnya dan sebagai bentuk pengabdian secara profesional terhadap Muhammadiyah.
Bentuk Diaspora keluar adalah perwujudan intelektualitas yang di miliki oleh kader IMM yang harus di terapkan agar terciptanya masyarakat yang di harapkan sesuai dengan idealitas IMM. Diaspora keluar terbagi menjadi dua gerakan, yaitu gerakan secara individu dan secara organisatoris yang di maksudkan secara gerakan individu adalah gerakan yang di lakukan seorang kader sesuai dengan displin ilmu atau kemampuannya dalam melakukan gerakan sosial. Gerakan ini sangat memungkinkan individu tersebut tergabung dalam sistem ataupun independen. Sementara gerakan secara organisasi ini merupakan gerakan yang di laksanakan oleh organisasi dalam bentuk program kerja yang di laksanakan  bersama – sama, gerakan seperti inilah yang akan menumbuhkan kesadaran kolektif dalam setiap diri kader sehingga memudahkan terwujudnya masyarakat ideal sesuai yang di harapkan oleh Ikatan.
Sebelum melakukan diaspora gerakan, kesadaran diri kader dalam menginternalisasikan nilai - nilai Ikatan harus sudah tertanam. Doktrin Ikatan yang melakukan misi kenabian berupa pemberdayaan terhadap kaum dhuafa dan termarginalkan harus menjadi ruh dalam paradigma gerakan yang di lakukan oleh IMM. Etos kenabian IMM ini yang menjadi landasan pergerakan transformasi sosial yaitu yang bersifat bukan hanya membebaskan tetapi juga mengarahkan atau memiliki tujuan yang jelas sesuai dengan transformasi yang di lakukan oleh nabi (transformasi sosial)[12].
Dari pemahaman tersebut diatas secara tidak langsung telah mematahkan stigma yang mengatakan bahwa diaspora yang di lakukan oleh Kader Ikatan adalah Diaspora kekuasaan. Berbicara Diaspora dalam ruang lingkup yang lebih kecil yaitu organisasi dalam kampus atau Perguruan Tinggi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiswa, Senat Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa dan lain sebagainya haruslah dianggap sebagai ajang ber-Fastabiqul Khairat menerapkan kemampuan Intelektual seorang Kader Ikatan dengan anggota Organisasi Kepemudaan lainnya semacam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Front Mahasiswa Nasionalis (FMN), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan masih banyak lagi.
Mission Sacree atau misi suci yang dulu pernah di semboyankan oleh Imperalisme barat terhadap dunia timur terbukti hanyalah teori saja. Hal tersebut berbeda dengan Mission Sacree yang di gelorakan oleh kader Ikatan yang memang harus benar benar terwujud sebagai bentuk pencerahan bagi organisasi dalam kampus serta mensucikan gerakannya. Tentu misi suci ini akan dapat terwujud dengan cepat jika saja Ikatan mempunyai alat yaitu Posisi sebagai Pimpinan tertinggi dalam organisasi. Namun sudah seharusnya kader Ikatan meraih posisi tersebut dengan cara yag suci pula agar tidak menodai misi sucinya. Tujuan yang baik jika menggunakan cara yang salah maka akan tetap di anggap salah.

”Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di muka bumi carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (QS. Al Jumu’ah :10)



[1] Melacak Sejarah kelahiran dan perkembangan IMM, Nurkhosin Agham
[2] Memahami Ideologi Muhammadiyah, Haedar Nashir
[3] Ikatan sebagai organisasi kader
[4] Pernyataan pikiran Muhammadiyah abad kedua
[5] Khittah Perjuangan Muhammadiyah
[6] Ontologi ikatan dalam tulisan sani, A.H. Sani
[7] AD IMM Bab III pasal 7
[8] HR. Thabrani dan Daruquthni
[9] Wikipedia
[10] Salah satu Pesan K.H Ahmad Dahlan
[11] Kader senior IMM
[12] Diaspora menurut A.H Sani

Tidak ada komentar: